Minggu, 21 Februari 2021

Perjuangan Menulis di Penerbit Minor

 


                                                                 Sumber : Google

Assalaamualaaikum, selamat malam dan sehat selalu semuanya. Bertemu lagi dengan Pak Cip sebagai moderator Belajar Menulis edisi Rabu,10 Februari 2021. Itulah yang diucapkan oleh seorang moderator yang bernama lengkapnya adalah Sucipto Ardi.

Pembelajaran pada kesempatan ini melalui Daring Via Grup WA Belajar Menulis dan sebagai nara sumbernya beliau bernama Edi S. Mulyanta sebagai Manajer Operasional Penerbit Andi. Sebelum memberikan pemaparan beliau mengatakan "Mohon untuk bertanya,menuliskan nama dan asal serta kirim pertanyaan jangan diakhir-akhir tanya jawab".

Tema kali ini sesuai dengan Flyer yang diterima oleh penulis adalah bagaimana menembus tulisan di Penerbit Mayor.Apabila kita melihat definisi penerbit menurut Undang-undang no 3 tahunn2017 tentang sistem perbukuan. Penerbit adalah lembaga pemerintah atau lembaga swasta yang menyelenggarakan penerbitan Buku. Dan Penerbit adalah seluruh proses kegiatan yang dimulai dari pengeditan, pengilustrasian dan pendesainan Buku. Sedang penulis adalah setiap orang menulis Naskah buku untuk diterbitkan dalam bentuk buku. Sedangkan penulisan adalah penyusunan naskah buku melalui bahasa tulisan dan/atau bahasa gambar. Dan buku adalah karya tulis dan/atau karya gambar yang diterbitkan berupa cetakan berjilid atau berupa publikasi elektronik yang diterbitkan secara berkala. Naskah buku adalah draf karya tulis dan/atau atau karya gambar yang memuat bagian awal,bagian isi dan bagian akhir.

Sebenarnya  penggolongan mayon dan minor tidak ada, yang ada adalah penerbit seperti Undang-undang no 3 tahun 2017 tentang sistem pembukuan. Tetapi dalam perkembangan dunia penerbitan yang berorganisasi di bawah IKAPI atau Ikatan Penerbit Indonesia, akhirnya secara alami penerbit ini berproses secara mandiri produksi bukunya.

Setiap penerbit anggota IKAPI berhak mengelola terbitannya yang dipantau oleh perpustakaan Nasional yang mengeluarkan nomor ISBN. Jumlah judul yang diproduksi oleh penerbit berbeda-beda sehingga akhirnya membentuk pengelompokan tersendiri dalam jumlah output produksinya. Perpustakaan Nasional akhirnya memberikan koge-kode tersendiri di dalam ISBN untuk menentukan penggolongan penerbit dengan jumlah produksi tertentu.

ISBN Publicatioan Element adalah jumlah produksi bukunya, sehingga penggolongan ini menjadikan digit semakin besar adalah penerbit yang mempunyai kapasitas jumlah produksi yang besar. Penerbit mayor mempunyai rentang produksi dari 3 digit hingga 4 digit, karena kapasitas produksi dan penjualannya bisa mencapai umlah tertentu. Hal inilah menjadikan masyarakat akhirnya memberikan istilah ada penerbit mayor dan minor, karena jumlah terbit dan bearan pemasarannya.

Penyebutan ini akhirnya diadopsi pada peraturan-peraturan sesudahnya dalam hal pengukuran indeks, yang digunakan oleh penulis yang tergabung dalam beberapa profesi pendidik yang mengharuskan menghasilkan luaran atau outcomes berupa hasil tulisan.

Pada tahun 2019, keluar peraturan pemerintah PP 75 yang mengatur pelaksanaan Undang-undang perbukuan no 3 tahun 2017 tersebut dengan membagi jenis-jenis buku yang dapat ditulis oleh para calon penulis.

Dengan dasar ini penerbit-penerbit di bawah IKAPI akhirnya menentukan segmentasi buku yang sesuai dengan visi dan misi mereka serta tentunya mencari keuntungan dengan menjual buku hasil tulisan dari pada penulisnya.

Kita dapat menentukan terlebih dahulu tema apa yang menjadi keahlian dan kompetensi penulis. Kemudian dapat dilihat contoh-contoh buku yang telah terbit yang menjadi tujuan pengiriman penulis, sehingga bisa cocok dengan genre yang menjadi andalan penerbit.

Buku yang dapat ditulis terbagi menjadi beberapa jenis buku, yaitu buku teks pelajaran yang mempunyai nilai angka kridit yang tinggi, terutama bisa lolos BSNP Badan Standar. Buku Non Tes berupa buku pengayaan maupun buku referensi, atau buku modul pembelajaran. Penerbit akan melihat kemungkinan terbitnya dari dasar kwadran prioritas terbitnya.

Buku teks pelajaran mempunyai effort yang cukup berat baik dari sisi penulis maupun penerbit, karena harus menilaikan ke BNSP secara nasional. Buku yang paling mudah dimasukan kita sebagai guru adalah buku pengayaan dan modul pembelajaran.

Dari sudut pandang penerbit  yang dapat menyesuaikan dengan bahan naskah yang akan ditulis, sehingga dapat diterima oleh penerbit yang memang satu visi dan satu misi. Tulisan  naskah pengajuan proposal terlebih dahulu bisa ditawarkan ke penerbit. Isi proposalnya adalah judul, Sub Judul Sinopsis Buku, Outline, sampel Bab minimal 2 bab dan CV penulis.

Untuk membantu naskah penerbitan berikan penjelasan sasaran  pasar, persaingan buku yang telah terbit. Dan berikan pula data-data market sasaran, positioning materi pesaing, keunggulan buku dibanding pesaing untuk mempermudah penerbit dalam melakukan review naskah.

Tidak semua buku bisa diterbitkan oleh penerbit karena keterbatan modal,strategi, pemasaran, serta visi misinya. Apalagi saat pandemi, dimana outlet toko buku sedang terkana PSBB sehingga proses penjualan dan distribusi buku menjadi terkendala.

Penerbit Andi hanya menerbitkan 20-30 persen  dari naskah yang masuk yang jumlahnya bisa mencapai 200.000 perbulan. Sehingga proses revie naskah terkadang membutuhkan kecermatan, agar produk yang telah diputuskan diterbitkan dapat terserap di pasar dengan baik.

Sehingga gambaran pasar saat pandemi, maka semua saluran outlet buku saat ini telah bergeser sehingga banyak penerbit yang belum siap pubahan . Model pemasaran buku telah bergeser tidak seperti pola pemasaran sebelum pandemi  Setiap buku terbit telah disiapkan sarana-sarana promosi kekinian, seperti webinar, bin cang daring, worhop online, podcast hingga chanel youtube untuk membantu memperkuat sesonansi gaung pasar buku ke calon pembaca.

Produksi buku juga perlahan bergeser ke ranah digital, dengan kerja sama Geogle Play dalam bentuk E-BOok di geogle. Bisa kunjungi://bukudigital,my,id atau http://ebukune.my.id. Mau tidak mau kita harus menyambut perubahan tehnologi ke arah digitalisasi buku.

Ada pertanyaan dari Bapak ihin Solihin dari Lebak Banten. Bagaimana kiat-kiat bisa menembus penerbit mayor bagi penulis. Syarat-syarat apa yang harus terpenuhi oleh penulis supaya karyanya bisa diterbitkan di penerbit Mayor.

Untuk jawabannya ke -1, pelajari buku-buku yang telah diterbitkan penerbit tersebut. Dan sesuaikan dengan kompetensi yang dimili bapak ibu miliki. Tidak salahnya bapak ibu menawarkan  naskah dalam bentuk rencana tulisan atau penerbitan buku.Tidak harus diselesakan bukunya, akan tetapi ada sampel-sampel bab yang dapat disertakan dalam pengajuan proposal.

Untuk jawaban ke -2, Kirimkan ke beberapa penerbit supaya mereka memahami penawaran tulisan ibu bapak. Jangan terpaku hanya satu penerbit. Ada 600 penerbit yang msih aktif di IKAPI. Akan tetapi perlu mengetahui  keaktifan penerbit yang masih aktif di IKAPI, apakah masih berjalan proses bisnisnya sudah berhenti. Penertib IKAPI akan lebih dihargai dalam bentuk angka kridit yang maksimal.

Untuk jawaban ke-3, jangan takut ditolak atau tidak diterbitkan, setiap penerbit mempunyai pandangan  sendiri dalam menertibkan bukunya.

Selanjutnya ada yang bertanya ke -2 dari Atik Puspita dari gresik. Saya ingin membuat modul pembelajaran atau kumpulan latihan soal. Apa yang harus saya jadikan  acuan agar hasilna layak untuk diterbitkan?Siapa yang harus saya jadikan mentor/agar modul/ soal yang saya buat berkwalitas?

Untuk jawabannya, coba lihat disalah satu buku misalnya buku AKM,terus masuk ke google play, biasanya bisa dibaca 20% dari total halaman bukunya. Sebagai acuan dapat mempelajari soal dari buku luar yang sudah menggunakan prinsif HOTS.

Ada yang  bertanya dari Dadang  Lebak. Penulis pemula  sangat sulit masuk penerbit mayor. Adakah syarat-syarat memasukkan naskah pertama beliau arat tertentu yang dapat mempermudah penulis pemula, agar tulisannya dapat diterima penerbit mayor. 

Untuk jawabannya, tidak ada syarat tertentu hanya perlu strategi menawarkan naskah dengan lebih terstruktur. Bisa meminta dengan meminta kata pengantar dari tokoh yang dianggap mempuni sesuai dengan kompetensinya. Atau mempunyai soal media yang banyak pengikutnya, sehingga akan membantu promo buku.

Penulis Andrea Hirata juga mengalami hal yang sama saat memasukkan naskah pertama, waktu itu semua penerbit tidak tahu . Andre Hirata sama ditolak disana sini  karena tidak ada rekam jejak sebelumnya. Akan tetapi ada satu penerbit yang berani mengambil tantangan ini, akhirnya buku ini menjadi buku paling laku di Indonesia dari penulis Andrea Hirata.

Penertib mayor, terkadang menyisihkan anggarannya untuk terbitan penulis pemula yang mempunyai tulisan yang di luar trend. Terkadang justru melawan trend. Dengan resiko memang buku tersebut tidak laku dipasar. Akan tetapi manajemen resikonya telah diperhitungkan di awal penertiban buku.

Demikianlah  pencerahannya dari Beliau kata demi kata  dijelaskan dengan penuh inspriratif   bermakna sehingga mendapat wawasan yang lebih luas.





 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Dongkrak Kiat RA Kartini Di Era Milenial

                                                                                         Dongkrak kiat Raden Ajeng Kartini di Era Millinial ...